hidangan istimewa kolese mikael
0 komentar

Friend in A Journey


Kisah-kisah berikut ini terselip dalam perjalanan napak tilas SMK Mikael pada tanggal 14 September 2011. Perjalanan napak tilas ini dilakukan oleh para pengurus OSIS baru yang diketuai Yohanes Uji Gesang Cahyanto. Perjalanan napak tilas ini menyusuri tempat-tempat yang pernah menjadi persinggahan para siswa SMK Mikael (awalnya dulu namanya STM Kanisius, berubah menjadi STM Mikael, dan terakhir berubah lagi menjadi SMK Mikael).

Tempat-tempat yang didatangi adalah tempat-tempat yang tercantum pada Buku Pedoman Siswa. Di sana, akan ditemukan bagian SEJARAH yang memuat perjalanan SMK Mikael. Dalam perjalanan sore sampai malam itu, terungkaplah kisah-kisah berikut ini:


Oktavianus Jeffri Kurniawan punya cerita...

Pada waktu saya mengikuti kegiatan napak tilas untuk mengenang berdirinya SMK St. Mikael, saya merasa tertantang karena saya dan seluruh teman-teman OSIS disuruh berjalan kurang lebih 10 km yang dimulai dari SD Kanisius Keprabon I menuju SMK Mikael.

Kami berangkat pukul tiga sore dari Mikael. Setelah sampai SD, kami dibriefing sebentar untuk menentukan rute dan pembagian air minum. Selama perjalanan nanti, kami semua tidak dibekalu apa-apa kecuali air minum saja.

Setelah briefing, kami mulai berjalan dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga orang dan diberi selang waktu beberapa menit oleh guru kami. Menurut guru kami, perbedaan waktu akan memberikan pengalaman yang berbeda.

Yang dikatakan guru saya ada benarnya. Ketika tiba waktu keberangkatan, kami mendapatkan pengalaman yang berkesan.

Sewaktu berjalan, pas di depan PGS, ada cewek berboncengan naik sepeda motor jatuh di depan kami semua karena rodanya selip waktu kena rel kereta api. Kami merasa kasihan. Kami semua langsung menolong. Saya mengangkat motornya. Saya pinggirkan dan menolong mbak-mbak yang mengendarai motor itu. Dalam hati saya berkata, “Oh rasanya seperti ini ta nolong orang kecelakaan.” Seumur-umur saya belum pernah menolong orang kecelakaan. Kata guru saya, menolong orang kecelakaan itu beresiko, tetapi selama kita ikhlas menolong, apapun resikonya pasti bisa teratasi.

Setelah peristiwa itu, kami semua melanjutkan perjalanan ke patung Slamet Riyadi dan Gereja Purbayan. Ketika akan melanjutkan ke SMP Kanisius, kami kesasar sampai Hotel Sahid karena gedung itu kami anggap Novotel. Eh... ternyata bukan. Tetapi kami tidak patah semangat. Kami lanjutkan perjalanan sampai SMP dan kami pulang ke SMK Mikael dengan selamat.


Sidik Tri Utomo menulis kisahnya berikut ini...

Pengalaman pertamaku dalam organisasi sekolah yaitu OSIS SMK MIKAEL Surakarta 2011/2012. Napak tilas sejarah berdirinya SMK Mikael dari awal mula di bangun sampai menjadi seperti yang sekarang. Di sela-sela kesibukan praktek bengkel dan padatnya jadwal teori, kami anggota OSIS mendapat tugas dari pembina dan pihak sekolah untuk berjalan sembari merefleksikan tentang awal mula sekolah tercinta ini berdiri. Istilah dalam bahasa jawanya “ Ngelingi naliko jaman semono ”.

Didrop di suatu tempat, yang berarti saat itu kami berlima belas diantar bersama pembina OSIS ke daerah Gladak tepatnyadi SD.TK Kanisius, dimana pertama kali “STM Mikael” didirikan. Bermodal sebotol air minum diberikan kepada satu kelompok yang berjumlah tiga orang. Aku dan kedua kawanku lainnya mendapat giliran berangkat urutan ke tiga. Berpegangan buku pedoman siswa dan klu yang diberikan, kami bertiga mengawali langkah meninggalkan SD.TK Kanisius dan menuju Gereja St.Antonius Purbayan. Sejenak menikmati suasana mengelilingi gereja, kami melanjutkan perjalanan menuju saksi bisu sejarah SMK Mikael lainnya yaitu SMP Kanisius. Sebelum menemukan dimana letak SMP Kanisius, kami berjalan menyusuri tembok Mangkunegaran mengikuti klu yang diberikan, bersamaan dengan terbenamnya surya sore.

Melintasi perempatan jalan di seberang Novotel, tanpa kami sadari sepasang turis menghampiriku lalu menanyakan dimana tempat Mc.Donald terdekat. Spontan aku menjawab tidak tahu, kujelaskan bahwa aku bukan orang asli Solo dan sedang dalam misiku untuk menyusuri sejarah sekolah kami. Tanpa mendapatkan informasi dari kami, mereka berlalu begitu saja. Terintas dalam benakku bahwa bule ini lapar, dan tak ada salahnya kalau aku coba membantu mereka sebentar toh hari belum terlalu malam pikirku. Kutanyakan pada seorang tukang parkir dimana Mc.Donald terdekat, setelah diberikan petunjuk lokasinya, kuhampiri couple tadi, dengan senang hati kami tawarkan diri mengantar kedua bule sampai di tempat makan. Lima belas menit bersama mereka kala itu, merupakan sesuatu yang berharga bagiku. Karena pertama kali aku bisa bercengkrama dengan Jannies dan Clew, couple dari French yang sedang menikmati honeymoon di Solo. Waou…. Baru saja datang dari Surabaya setelah mendaki Bromo, saya pikir “edhan” ini bule! Bilangnya baru tidur selama tiga jam tapi sudah “mblayang” mengitari Solo. Kuceritakan pengalamanku yang baru pertama kali hiking ke Merbabu dalam rangka memperingati HUT RI 17 Agustus 2011. Ternyata kami nyambung, meski lidah Jawaku berat berkata Inggris tapi kami saling memahami dan “memaklumi”. Sempat berfoto di Pasar Kembang, kami percepat langkah di bawah awan mendung yang mulai menaungi Solo. Sedikit iseng kutanyakan tentang hobi dan musik. Ternyata Jannies tipe orang yang passive, suka mendengarkan musik tetapi tidak bisa memainkan alatnya.Berbeda dengan istrinya Clew, kaum hawa satu ini ternyata bisa bermain saxofone. Tak mau kalah, aku pun menceritakan tentang salah seorang personil band kami dapat bermain Trombone dengan aliran musik band kami yaitu “ska”. “ Really,,? yes I know that,and we love ska too..” kata Clew. Semakin asik perjalanan kami, mendapat teman berbincang yang se-aliran musik denganku. Tak selang berapa lama akhirnya sampai di tempat makan dan kami pun saling berpamitan.

Tidak mengira dengan apa yang baru saja kualami. Mendapat kesempatan menolong orang yang benar-benar aku tak mengenalnya. Kami pun lanjut ke misi utama, kembali menuju SMK Mikael. Meski sedikit kecewa belum sempat meminta alamat fb dan twitter mereka, aku senang dan berharap suatu saat nanti dapat berjumpa kembali di tempat asal mereka.


Frater Suryadi berkisah demikian...

Sebuah legenda dari Jepang menceritakan ada seorang biksu yang sangat tertarik dengan ajaran Tao Te Ching dari Cina. Ia pun memutuskan untuk mengumpulkan dana yang akan dipakai untuk menerjemahkan dan menerbitkan ajaran tersebut dalam bahasa ibunya. Proses pengumpulan dana itu memakan waktu sepuluh tahun sampai dana tersebut mencukupi.

Sementara itu, pada waktu yang sama, sebuah wabah menimpa negeri yang didiami biksu itu. Dia pun memutuskan untuk menggunakan seluruh uang yang dikumpulkannya untuk merawat orang-orang yang terkena wabah itu. Tidak lama kemudian, situasi kembali normal. Sang biksu pun kembali mengumpulkan dana untuk kepentingan penerbitan Kitab Tao tersebut.

Lebih dari sepuluh tahun berlalu dan dana telah tersedia untuk mencetak buku tersebut. Namun, lagi-lagi, gempa bawah laut menghantam daerah itu dan membuat orang-orang di sana tidak punya tempat tinggal. Biksu itu lagi-lagi menggunakan uang yang telah dikumpulkannya untuk membangun rumah-rumah bagi penduduk yang kehilangan tempat tinggal dan harta bendanya.

Setelah peristiwa itu, sang biksu kembali mengumpulkan dana untuk Kitab Tao. Akhirnya, impinan sang biksu itu terwujud juga. Orang-orang Jepang dapat membaca Kitab Tao Te Ching dalam bahasanya sendiri.

Orang bijak mengatakan bahwa sang biksu itu membuat tiga edisi Kitab Tao. Dua edisi dalam bentuk tidak tercetak dan satu edisi dalam bentuk cetak. Sang biksu yakin pada sesuatu hal, berjuang demi kebaikan, setia kepada tujuannya, tetapi tidak mengesampingkan perhatiannya kepada sesama.


Setiap manusia punya tujuan tertentu. Tujuan itu membuat manusia terarah. Keterarahan terhadap tujuan merupakan bukti bahwa manusia itu serius terhadap kehidupannya. Namun, keseriusan dalam menghadapi kehidupan tidak boleh melupakan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya. Melalui kisah-kisah itu, kita diajak untuk fokus pada tujuan, tetapi kita pun harus berlaku baik kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Menjadi teman seperjalanan adalah salah satu cara untuk mengisi kehidupan kita. Selamat bertugas bagi pengurus OSIS Mikael masa bakti 2011/2012. Isilah kepercayaan yang telah diberikan dengan menjadi teman seperjalanan bagi warga sekolah yang lain.

0 komentar

Michael Day 2011: Syukur atas Banyak Hal

Memasuki bulan September, komunitas SMK Mikael – ATMI selalu riuh dengan rangkaian acara Michael Day. Acara ini rutin diadakan oleh komunitas Kolese Mikael untuk membangun dan mempererat rasa persaudaraan di antara sesama warga. Menjelang hari-hari pelaksanaan perayaan ini, Mas Alex, guru gambar SMK, terlihat sangat sibuk. Yo jelas wae... Tahun ini Mas Alex diberi mandat untuk menjadi Ketua Panitia Michael Day. Wong Sangar yang satu ini semakin sangar... Sukses untuk segala hal yang sudah dibuat.

Beberapa acara yang dipastikan masih ikut meramaikan Michael Day adalah kompetisi antar warga Kolese Mikael. Kompetisi di bidang olahraga terus diadakan untuk membuat perayaan itu semakin menggembirakan. Sebagai warga negara yang baik, Kolese Mikael juga ikut berperan untuk “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.” Beberapa tahun ini, ada kompetisi masak memasak antar warga. Tahun ini, kompetisi masak-memasak terasa lebih meriah akibat euforia reality show Master Chef yang ditayangkan di sebuah televisi swasta nasional. Bakule HIK sempat mencicipi beberapa masakan yang dilombakan. Seperti layaknya juri di Master Chef, setiap masakan yang dicoba harus dikomentari. Namun komentarnya hanya ada dua, yaitu “ENAK” dan “ENAK BANGET” hehehe...

Michael Day tahun ini dipuncaki dengan Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan tanggal 29 September 2011. Apa saja yang mau yang disyukuri? Pertama, bersyukur atas rahmat Allah yang diberikan kepada komunitas Kolese Mikael. Kedua, bersyukur atas rahmat 25 tahun Sakramen Imamat yang telah diterima oleh salah seorang anggota komunitas, yaitu Romo J. Suma Hadiwinata, SJ. Ketiga, bersyukur atas ditetapkannya ATMI menjadi Politeknik. Dan keempat, bersyukur karena pengembangan usaha yang akan dirintis oleh Kolese Mikael melalui PT. ATMI Duta Engineering. Hal-hal inilah yang menjadikan tema “Syukur” yang diangkat oleh panitia dalam perayaan Michael Day tahun ini terasa sangat pas.

Perayaan Ekaristi yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu dipimpin oleh beliau yang merayakan pesta perak Imamat bersama para Yesuit-imam anggota komunitas Kolese Mikael yang lain. Sebagai Yesuit -imam, Romo Suma semakin mendalami kata yang sangat karib baginya, yaitu “abdi”. Romo Suma ini priyayi Ngayogyakarta yang sangat dekat dengan tradisi keraton. Maka, kata “abdi dalem” merupakan sesuatu yang sudah menjadi hidup sehari-hari. Dalam perayaan perak Imamat ini, komunitas Kolese Mikael berdoa agar Romo Suma semakin dapat mengabdikan dirinya kepada Allah Junjungannya dan semakin memuliakan nama-Nya di manapun beliau berada. Amin...

Selepas Perayaan Ekaristi, digelar berbagai macam acara. Di dalam kompleks Kolese Mikael, mulai dipersiapkan acara pentas seni dan berbagai permainan seperti tahun-tahun yang lalu. Ada juga kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Klinik Prodia yang telah lama bekerjasama dengan Kolese Mikael. Yang lain daripada yang lain adalah yang dibuat di tanah kosong sebelah selatan kompleks Kolese Mikael. Di sana, sekelompok orang berkumpul dan berdoa memohon berkat dalam upacara peletakan batu pertama bangunan PT. ATMI Duta Engineering. “Allah yang Mahakuasa, Engkaulah dasar dari segala hal, penguasa segalanya. Tempat dan waktu berada di bawah kekuasanMu. Berkatilah batu yang akan dipasang sebagi penjuru ini dan menyangga seluruh bangunan. Jauhkanlah dari bangunan ini segala godaan, gempa bumi, api, kilat, kerusuhan, serta orang-orang yang ingin berbuat jahat.” Michael Day tahun ini menandai dimulainya pengembangan pelayanan Kolese Mikael melalui perusahaan baru. Semua berharap agar proses pembangunan ini dapat berjalan dengan lancar.

Hari itu terasa sangat meriah di kompleks Kolese Mikael Karangasem. Atas semuanya itu, kita hanya dapat berkata, “Terima kasih...” Syukur atas segala berkat yang telah diberikan kepada kita.