hidangan istimewa kolese mikael
2 komentar

Euforia Newbie FB



ACOY.
Status : ”... bete, nunggu pacar gak dateng-dateng...”.
BASIYO
Status : ”..gurunya ngajar nyebelin, marai ngantuk...”
JUMINTEN.
Status : ”....sedang melototin mas-mas yang ganteng-ganteng. Setia. Setia, kamu harus setia...”

Kutipan di atas kita temui dalam Facebook (FB).Kita tentu tidak asing lagi dengan FB dan segala istilahnya seperti update status, comment , wall, mafia war atau kuiz. Hampir semua anak muda yang melek Internet pasti tahu apa itu FB dan menjadikannya sebagai standart dasar anak gaul. Telah terjadi euforia FB, nongkrong berjam-jam di warnet, di mana-mana update status, menjadikan FB sebagai tujuan utama hidup sehari-hari.

FB adalah gejala dunia ini, bukan semata milik kaum muda. Dengan mottonya helps you connect and share with the people in your life, FB telah menyihir dunia. Segala yang dalam dunia nyata tidak dapat kita ekspresikan dengan bebas, menjadi terealisir lewat facebook. Dunia semacam ini memberikan kemudahan untuk berkomunikasi lewat sapaan kata-kata, yang sangat pribadi, maupun hanya sekedar basa-basi. Facebook membuka ruang yang besar bagi setiap penggunanya untuk memperlebar relasi dengan orang lain. Ada yang menggunakan untuk sarana mejeng, nggaya, kampanye, promosi, undangan dan lain sebagainya. Masih banyak hal yang dapat kita sebut sebagai fungsi dari FB. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa penggunaan FB membuat pemakai menjadi lebih pandai, daripada pengguna twitter. (detiknet.com)

Di sisi lain, ada yang melaporkan bahwa penggunaan FB secara berlebihan dapat menyebabkan perceraian, hubungan yang tidak harmonis, menjauhkan yang dekat (walaupun dapat mendekatkan yang jauh), pemborosan, bahkan ada juga yang mengharamkan penggunaan FB. Dengan kata lain, di samping banyak manfaat, terselip juga sisi negatif.

Kembali lagi, persoalannya adalah Sarana dan Tujuan. Penggunaan FB akan membawa dampak negatif bila berlebihan. Sama seperti maen game online atau PS, kita perlu memperhatikan dosisnya. Ketika overdosis, semua sarana itu tadi (PS, game online, FB) bisa menjadi racun. Sarana tidak lagi menjadi alat untuk menuju tujuan (refreshing) tetapi menjadi tujuan pada dirinya sendiri. Keputusan ada di tangan kita. Satu KLIK ! Dapat membuat anda ketagihan.

Posted by : www.mahatmaberkata-kata.blogspot.com
gambar dikutip dari : http://www.forgoodnessshakes.com/news82009.aspx

0 komentar

ISO


Mulanya, aku mengira bahwa ISO adalah jaminan mutu suatu produk. Setiap hal yang dibumbui dengan ISO berarti mutunya bagus, berstandart Internasional. Ternyata tidak semudah itu.

ISO atau International Organization for Standardization adalah lembaga yang memberikan label standart internasional. Hal yang diberi label standart internasional bisa bermacam-macam, salah satunya managemen. Hal ini yang mungkin tidak dimengerti oleh kebanyakan orang, minimal oleh aku, pada mulanya. Setelah masuk ke SMK Mikael, aku masuk dalam suasana ISO. SMK Mikael sudah menerapkan ISO sudah tahun ke tujuh, bahkan merupakan pengguna managemen ISO pertama, di antara SMK di Indonesia. Bagi orang baru, demi mudahnya, orang mengatakan bahwa kegiatan ISO dimulai dengan menuliskan apa yang akan kita kerjakan dan mengerjakan apa yang telah kita tuliskan. Oleh karena itu, setiap hal memiliki acuan yang jelas, ada pembuktian dan alasan jelas untuk melakukan sesuatu.

Pertanyaanku, apakah bila semuanya sudah melaksanakan sesuai ISO, apakah produknya dijamin baik ? jawabanya sudah tertebak. Tentu belum ! Yang distandarkan adalah Managemen, atau pengaturan, cara bertindak, prosedurnya dan bukan hasilnya. Tentang hasilnya, diharapkan, setelah menerapkan ISO, produknya akan baik. Baik atau tidak masih tergantung dengan tujuan yang ingin dicapai. Di sini, managemen standart ISO berarti suatu cara mengawal suatu tujuan agar dapat tercapai dengan baik, lengkap dengan perangkat evaluasinya. Pertanyaan pertama sudah selesai, sekarang masuk kepada realitas implementasi ISO.

Sudah satu tahun aku menjalani, mengalami ISO (SMK Mikael sudah 7 tahun pake ISO). Kesannya adalah ”kikrik”, atau terlalu banyak hal yang harus dilakukan demi suatu pendokumentasian. Aku yakin bahwa semua yang telah diberi pemahaman ISO (ISO awareness) tahu bahwa melaksanakan ISO itu baik, tetapi masalahnya, melakukan ISO itu masih terkesan ”berat”. Ini persoalan hati. Tidak sinkron antara hati dengan budi. Akal budi mengatakan bahwa hal ini baik, tetapi hati melihatnya sebagai sesuatu yang berat. Pergulatan ini khas manusiawi. Artinya, secara moralpun, manusia sering mengalami bahwa dirinya tahu mana yang baik tetapi tidak melakukan yang baik itu. Mengapa ya ?

Aku mengira, bahwa ISO itu belum dianggap sebagai cara bertindak, belum dimiliki bersama oleh kebanyakan pelakunya sehingga masih ada di luar diriku. Tentu saja, apapun yang masih ada di luar itu, bukan diriku, belum diriku. Terhadap sesuatu di luar dirinya, manusia akan merasakan keterpaksaan. Hal inilah yang kurasakan di sini. Banyak orang merasakan terpaksa melakukan ISO. Bahkan, merasa tidak sesuai dengan dirinya. Ada pula yang bahkan anti atau enggan dengan ISO. Bila memang demikian adanya, bukankan ini suatu hal yang contra produktif. Pertanyaan kedua, mengapa banyak orang masih menganggap ISO itu di luar dirinya ? Mengapa orang merasa terpaksa dengan ISO ?

Aku melihat bahwa hal ini ada hubungannya dengan manusia. Artinya, managemen itu berkaitan erat denga manusia, bukan dengan sistem semata, sehingga pendekatan yang juga diperlukan adalah pendekatan manusiawi atau yang mempertimbangkan hati.Aku teringat dengan pidato Kebudayaan Umar Kayam. Suatu kebudayaan yang datang dengan cara yang lembut akan lebih diterima dan mempengaruhi orang sampai ke dalam cara pikir orang tersebut. Mungkin, ini dugaanku, ISO masuk ke Mikael tidak dengan lembut tetapi dengan ”pedang” sehingga hanya mempengaruhi sedikit di bagian luar tetapi tidak mengubah cara pandang orang. Mengubah cara pandang memang butuh waktu, dan waktu 7 tahun masih kurang untuk membuktikan bahwa ISO tidak diterima dengan baik di SMK Mikael.

Sedikit cerita. Suatu kali, aku datang ke tempat tukang pijit urat karena aku baru saja kesleo. Waktu itu, aku berangkat pagi-pagi jam 9 pagi. Tempat yang kutuju cukup jauh, sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil. Pikirku, tentu tukang pijit yang kutuju tidak akan pergi sepagi ini karena dia adalah seorang pensiunan. Sesampai di tempatnya, aku menemukan rumah dalam keadaan tertutup, pintu jendela tertutup rapat, sepi. ”Jangan-jangan si tukang pijat tidak di rumah” pikirku. Aku bertanya kepada seorang anak, tetanggap sebelah, tetapi dia juga tidak tahu. Seorang ibu di depan rumah itu mengatakan bahwa mungkin saja si tukang pijat sedang ke luar membayar rekening listrik. Mendengar penjelasan tersebut, aku memutuskan menunggu, dengan harapan si tukan pijat segera pulang. Sudah sekitar 15 menit aku menunggu, tidak ada tanda-tanda si tukang pijat akan datang. Selama itu pula, aku mendengar obrolan tetangga tentang aku yang menunggu di depan. Mereka kemudian bertanya satu sama lain, apakah mengetahui kepergian si tukang pijat. Tak berapa lama, aku mendengar satu ibu mencoba menelepon anak dari tukang pijat tersebut, menanyakan keberadaan ayahnya. Di waktu yang lain, aku mendengar tetangga yang lain mencoba mencari nomor HP si tukang pijat itu. Desa yang kelihatan sepi itu, ternyata satu sama lain saling memperhatikan. Aku sebagai tamu si tukang pijat, dianggap sebagai tamu kampung itu sehingga merekapun segera mencarikan tukang pijat itu. Tak berapa lama, seorang ibu dan putrinya datang dan mengatakan bahwa aku diminta menunggu karena sebentar lagi, anak si tukan pijat akan datang. Lumayan, pikirku, tak ada ayahnya, anaknyapun mungkin bisa memijat. Ternyata anak yang datang kemudian itu adalah putri, dan masih sekolah sehingga harapan itu hilang. Tak berapa lama, pintu dan jendela di rumah itu dibuka dan aku diminta masuk ke dalam rumah. Si anak mengatakan bahwa ayahnya akan segera pulang. Aku merasa tenang, ada kepastian dari si anak. Selama menunggu si tukan pijit datang, aku melihat bahwa sistem yang terbentuk dalam desa ini sungguh sistem yang sangat efektif. Seorang tamu (dalam bahasa ISO disebut User) telah dipenuhi keinginannya yaitu rasa tenang dan yakin bahwa dia bisa bertemu dengan orang dituju. Tentu saja, tetangga yang telah bersusah payah mencarikan informasi tentang keberadaan si tukang pijit tidak mengerti apa itu ISO, tetapi dalam hal ini, aku merasakan bahwa cara yang semacam inilah yang sebenarnya mau ditiru dengan ISO. Dengan kata lain, dibuat suatu prosedur baku agar suatu maksud (bertamu, misalnya) dapat tercapai. Tidak rumit, tidak datang dari luar dan efektif !!

Dari sini, muncul kembali pertanyaan, darimana datangnya ”prosedur” yang sangat efektif ini ? Mengapa setiap orang di kampung tersebut merasa menjadi satu sebagai anggota kampung sehingga tamu satu orang adalah tamu satu kampung ? Kelihatannya mereka kenal satu sama lain dan dan membutuhkan satu sama lain dan menolong satu-sama lain. Dengan kata lain, ada kekompakan, perasaan satu. Selain itu, ada juga norma kesopanan yang telah diwarisi turun-temurun berhubungan dengan relasi manusiawi. Norma kesopanan itu telah mendarah daging sehingga menjadi bagian dari diri.

Kembali ke ISO, kapankah ISO mendarah daging di antara penggunanya ? Kapankah ISO tidak lagi dianggap sebagai hal yang memaksa atau di luar diri ? atau pertanyaan sebelumnya, kapankah para pengguna ISO merasa satu sebagai suatu kelompok sehingga tercipta saling tolong menolong ?

sumber gambar : http://www.index-medica.com/img/duze/logo-iso-tuv-b.jpg

0 komentar

SANIA Sabtu Seni dan Budaya

Dua Puluh Sembilan Agustus Dua Ribu Sembilan.Hari ini, SMK MIkael mengadakan kegiatan yang disebut SANIA atau sabtu seni dan budaya. Menurut penggagasnya, kegiatan ini dilakukan karena siswa SMK dianggap kurang dapat mengekspresikan diri di bidang lain selain teknik mesin. Sebagai manusia normal, pemuda yang juga hidup di dunia, siswa SMKI mikael juga memiliki banyak talenta di bidang seni. Hal inilah yang kurang mendapat penyaluran di sekolah ini. Menyadari akan hal itu, serta melihat pentingnya ekspresi diri bagi remaja, SMK mikael memberi wadah ekspresi seni bagi siswanya.

Dipilihlah kegiatan sabtu seni dan budaya yang dilaksanakan setiap hari sabtu minggu ke-5. Kegiatan ini menjadi suatu ajang unjuk gigi bagi para siswa yang setiap hari berkutat dengan mesin, angka dan oli. Setiap kelas diberi kesempatan untuk mewakilkan anggotanya untuk tampil di depan siswa yang lain. Hampir setiap kelas memiliki jawara di bidang seni. Keterbatasan waktu membuat tidak semua siswa dapat mengekspresikan bakat dan kemampuannya. Tentu saja masih ada 3 kali lagi kesempatan dalam satu tahun yang dapat dipergunakan.

Dalam Sania - 1 ini seluruh konsep dan pelaksanaan dilakukan oleh anggota OSIS dan kepanitiaan Sania. Salut bagi para panitia dan anggota OSIS yang telah ikut terlibat. Menurut informasi panitia, anggota yang terlibat dalam persiapan kegiatan ini, untuk panitia perlengkapan saja sudah melibatkan 33 orang. Dapat dibayangkan kerjasama dan kekompakan yang terlatih lewat kegiatan semacam ini.

Format acara yang digunakan adalah tampilan a la cafe. Dengan format semacam ini, jenis tampilan yang populer adalah band, hampir seluruh kelas menampilkan band atau grup musik. Selain band, ada juga penampilan capoiera dari SMK MIkael. Sekedar Informasi, grup Capoiera di SMK Mikael adalah salah 1 dari tiga perkumpulan resmi capoiera di Solo. Penampilan yang paling mengesan adalah penampilan Grevel Jackson yang meniru habis-habisan Mikael Jackson dalam menari dan melakukan gerakan moonwalked.

Setelah sekitar 3 jam acara berlangsung, Sania diakhiri dengan acara joget bersama dengan lagu WALI : Cari Jodoh.....Bapak-Bapak, Ibu-IBu siapa yang....

0 komentar

Samuel Willy Kurniawan



Sajak untuk seorang murid dan kawan Samuel Willy Kurniawan

Samuel Willy Kurniawan

Mata itu tak bisa menipu, tak bisa berbicara, semata mengucap ”iya”. Mata yang menemaniku semenjak aku tiba. Satu tahun sudah, mata itu tak lagi memandangiku dengan tatapan mendamba. Aku sudah terbiasa dengan jalanku sehingga lupa akan sang mata.

Sejak pertama, mata itu menabukan lupa.
Mata yang penuh gairah, memberi jeda dalam tiap langkah yang gerah.
Tiap kali, aku berhenti di mata itu dan bertanya,” Hidup Yang cerah kawan !” Kembali ia menjawab ”Iya sobat!” Jawaban yang menggema dan menggemburkan hati.

Kutelusuri kembali jalan-jalan yang kutempuh dalam pandangan matanya. Selalu tak pernah sebenarnya ia memandang yang lain. Mata yang hampa terarah padaku, aku yang tertunduk lesu. Saat beradu, mata itu memancing lucu dan hinggap di dalam bayangku. Semakin kucari, makin aku sadar, mata oase berhimpit dengan mata bayi yang merindu induknya.

Di lain waktu, mata itu menghiasi rupa dan mengatakan sesuatu tentang dirinya.
Sudah lama kutunggu ia berkata-kata, tetapi hanya mata.
Dan mata itu tak bisa menipu sampai selama-lamanya.
Mata itu sudah tak ada, hanya saja tatapannya masih menyala dalam ingatanku.
Mata itu menjadi tatapan bahagia bala tentara surga,
menyambut sang mata dengan gegap gempita.

”Jangan kaukejar mata”, demikian bisiknya dalam mimpiku.
Aku terbangun dan mengusap mataku,
menemukan kepingan tatapan dalam segenggam harapan.
Di sini aku berjumpa dengan kisah sang mata
yang kembali menghiasi bayangan imajiku

Tak lama lagi kawan, mata itu akan tergolek sayu,
Tak lagi memberi ciu pada dahagaku,
ia tak lagi malu untuk sekedar menumpahkah air matanya.
Engkau adalah mata dan aku adalah air matamu*)

Selamat Jalan Kawan ! Engkau tak lagi harus berjalan !

Surakarta, 1 September 2009

*) Frase dari Sajak Joko Pinurbo