hidangan istimewa kolese mikael
0 komentar

Guru Mikael NaNg Republika Ng Philippines - Bagian Tiga: Pamitan

Bagian ini adalah edisi terakhir dari tulisan panjang ini:

Kamis, 27 Oktober 2011 adalah hari terakhir kami berada di Erda Tech. Acara di hari tersebut mengajar gambar lagi pada jam pertama. Acara berikutnya adalah mengurus administrasi dan memberikan materi pembelajaran (job sheet) kepada Mr. Mark Rivera, Mrs. Mary Ann Basilio, Mr. Pierce Galego dan satu lagi kepada guru praktek listrik. Karena tidak begitu banyak pekerjaan di hari tersebut, hari tersebut menjadi sangat panjang. Satu lagi, kami serasa sudah menghirup hawa Indonesia. Jam demi jam kami ikuti sampai saatnya kami berpamitan dengan komunitas Erda Tech: Kepala Sekolah, guru-guru dan para murid. Yang membuat kami terharu adalah murid-murid yang sempat kami ajar gambar teknik dan kerja bangku memberikan apresiasi yang sangat baik untuk kami. Akhirnya, kami berfoto bersama dengan komunitas Erda Tech.
Sore harinya kami diajak untuk makan malam di kantor oleh Mr. Magsalin sebagai perpisahan di antara kami sambil ngobrol kesana kemari dengan Mr. Rivera dan Basti. Saat makan malam hampir selesai, ada pemadaman listrik dari “PLN”-nya Manila. Setelah 2 minggu tinggal di Manila, baru kali ini saya merasakan listrik mati. Bersamaan dengan matinya listrik, kami secara otomatis mengakhiri makan malam dengan lebih cepat. Dari satu sisi, kami belum puas ngobrol tapi di satu sisi kami berterima kasih karena dapat segera packing lebih awal. Malam itu, kami tidur lebih awal supaya tidak terlambat bangun. Pagi hari, kami bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke bandara dan rencananya akan di antar oleh Raydan (driver) dan salah satu Office Boy. Betapa terkejutnya kami, setelah keluar dari kamar, kami perpapasan dengan Mr. Magsalin. Yang membuat kami terkejut untuk kdua kalinya adalah bahwa beliau akan ikut mengantar kami. Setelah kami tanya, ternyata beliau tidur di kantor supaya dapat ikut mengantar kami. Sangat mengharukan perhatian beliau. Setengah jam kemudian, kami sampai di bandara Manila. Sekali lagi, kami menyampaikan terima kasih kepada mereka. Kami pun masuk untuk check in. Akhirnya, jam 07.20 waktu Manila, kami naik pesawat dan benar-benar meninggalkan Manila.
Terima kasih pada teman-teman di Erda Tech, spesial untuk Mr. Marc Magsalin (You are our best friend) dan Ms Jane, teman lain: Basti, Galego, Owen, Mika, Raydan dan adiknya Oria Christine (sstt..Eko selalu tanya dirimu lho), Rivera, Claro, Marry Ann, dan si tampan guru OR, guru listrik dan guru otomotif, dan Joriko serta teman-teman kelas 3 (kelompok Tanso). Benar-benar dua minggu yang sungguh mengesankan.

Salam Murdi dan Eko

Terima kasih Pak Murdi dan Pak Eko Winarno yang berkenan membagikan pengalamannya dalam tulisan yang sangat panjang ini.

0 komentar

Guru Mikael NaNg Republika Ng Philippines - Bagian Dua: Perjuangan


Bagian ini adalah lanjutan dari Bagian Satu:
Senin, 17 Oktober 2011. Pertarungan yang sebenarnya telah dimulai. Mengapa? Karena resiko dan kesulitan mengajar dengan bahasa Inggris merupakan pertarungan sekaligus tantangan. Diawali dengan upacara cara Pilipina, kami diperkenalkan oleh Mr. Marc Magsalin sebagai tamu dari Indonesia (wuih..betapa bangganya, nama Indonesia disebut).
Para siswa di Erda Tech lebih kecil umurnya dibandingkan dengan siswa SMK Mikael. Murid disekolah ini adalah tamatan dari sekolah dasar. Lama pendidikan di Erda Tech adalah lima tahun. Pada tahun ketiga, mereka dibagi di dalam beberapa jurusan antara lain: electrical, automotif, machine, dan food tech. Mr.Magsalin memberikan penjelasan tentang sekolah tersebut. Beliau mengungkapkan impiannya untuk menjadikan Erda Tech seperti Kolese Mikael. Tugas kami, di samping memperdalam bahasa Inggris dengan mengajar, juga diharapkan menularkan ilmu dan ketrampilan keteknikan yang kami miliki. Siang hari itu, kami menemani Miss Mary Ann mengajar gambar teknik di kelas 2. Kelas tersebut berisi kira-kira 40 siswa dan siswi. Dibandingkan murid di SMK Mikael, mereka lebih berani, lebih antusias dalam menjawab pertanyaan atau menanyakan sesuatu yang belum jelas. Satu hal menarik yang mungkin dapat diamati adalah kesederhanaan mereka. Ini yang saya amati mulai luntur di Mikael. Setelah menemani Miss Marry Ann mengajar, saya diberi tugas untuk mengajar gambar teknik kelas 3 jurusan mekanik (mesin). Dengan peralatan seadanya, ternyata gambar mereka cukup bagus. Bila diberi peralatan dan jam yang sama dengan anak-anak Mikael, saya yakin mereka lebih baik dari kita. Dalam satu minggu, mereka hanya mendapat pelajaran gambar teknik hanya 1 jam (Bandingkan berapa jam yang diberikan untuk siswa SMK MikaelI. Hari itu, kami memperoleh pengalaman bahwa murid-murid Erda Tech dari segi kemampuan akademis dan sikap sangat baik. Kekurangan mereka adalah jam praktek yang masih minim. Kesederhanaan mereka yang tulus adalah sesuatu yang baik bagi kita untuk menjadikan bahan refleksi.
Selasa, 18 Oktober 2011. Aktivitas pagi kami awali dengan sarapan di kantin dengan daging yang jarang ditemui di Indonesia, yaitu daging babi (untuk Aris, masakan bu Hartini lebih OK). Pagi hari, kami diajak Mr. Magsalin untuk melihat kemungkinan apakah mesin potong plat masih dapat digunakan atau tidak. Namun, sebelumnya kami diajak untuk menghadap Kepala Sekolah Mrs. Jane. Beliau sangat familiar dengan Romo Moko, Bp. Hermawan dan Bp. Didik Embriyakto. Sekitar jam 10-an, saya menghadap Mr. Magsalin untuk menyampaikan kurikulum yang dilaksanakan di SMK Mikael. Beliau mulai sadar bahwa untuk dapat mencapai kualitas sekolah teknik yang baik adalah menambah jam praktek.
Setelah istirahat, kami mulai mengajar kerja bangku. Dengan peralatan yang ada di Erda Tech, para siswa belajar kerja bangku. Keadaan peralatan terutama kikir dan gergaji kurang layak untuk digunakan. Para siswa terlalu lama untuk mengurangi salah satu sisi dari benda kerja, sehingga hasilnya belum memenuhi harapan. Pengalaman yang dapat diambil dari praktek kerja bangku ini adalah perlunya ditanamkan ketelitian sejak awal (sejak tahun pertama) dan penanaman sikap kerja yang baik. Kami tidak tahu apa karena umur mereka masih terlalu muda.
Rabu, 19 Oktober 2011 adalah hari yang ketiga kami di Erda Tech. Pagi hari, kami diajak oleh guru gambar, Mr. Marc Rivera untuk menemani para siswa kelas 4 mengerjakan ujian menggambar. Kelas 4 di Erda Tech diajari menggambar arsitek. Selesai menemani Mr. Marc Rivera, kami diajak berdiskusi oleh Mr. Magsalin, karena akan ada tamu konsultan yang akan membantu mendirikan teaching factory. Beliau mengarapkan bantuan dari kami untuk memeriksa kembali peralatan yang ada dan peralatan apa yang perlu ditambah. Begitu selesai berdiskusi, kami langsung ke bengkel mengecek peralatan yang sudah dipunyai dan peralatan yang perlu diperbaiki. Hasilnya bahwa peralatan yang masih bisa digunakan untuk persiapan teaching factory adalah mesin las, peralatan lain harus membeli yang baru. Dalam pelajaran gambar teknik yang kami ampu, mereka kami berikan elip isometri dan mereka cepat sekali menangkap materi tersebut.
Tahun kedua atau kelas dua di Erda Tech untuk pelajaran menggambar diberikan materi gambar proyeksi. Itu hasil observasi kami di kelas Mr. Marry Ann. Sore hari, kami tutup dengan pelajaran kerja bangku. Keadaan masih sama dengan kemarin. Para siswa terlihat kelelahan mengerjakan benda kerja yang ditugaskan, apalagi para siswi. Perlu diketahui bahwa kelas mekanik berisi 15 siswa dan kebanyakan perempuan. Pengalaman yang kami dapatkan adalah untuk mendirikan teaching factory diperlukan peralatan yang baik, etos kerja yang baik dan serius mempersiapkannya.
Kamis, 20 Oktober 2011. Pagi hari, kami mulai mengajar gambar teknik dengan waktu 60 menit untuk melanjutkan gambar isometri. Walaupun susah - karena kami berikan materi dengan proyeksi Eropa -, semangat mereka pantang menyerah untuk dapat menyelesaikan tugas yang kami berikan. Sangat disayangkan karena jam pelajaran gambar teknik hanya 60 menit. Pagi itu juga, kami menghadap Mr. Magsalin untuk menyampaikan usulan kami untuk persiapan teaching factory. Masukan kami akan menjadi pembahasan dengan konsultan. Siang hari, kami mengecek ulang peralatan kerja bangku yang dibutuhkan dan yang sudah dimiliki Erda Tech. Setelah direkap, ternyata masih banyak peralatan yang harus dilengkapi agar bisa memenuhi standar kerja bangku yang baik. Hal ini sangat penting karena kerja bangku adalah dasar dari manufaktur. Malam harinya, kami diajak untuk menonton pertunjukan opera di Newport Building, bagian dari Maxim Building. Ada alumni Xavier School yang berbaik hati kepada murid dan guru Erda Tech untuk memberikan tiket gratis (kapan ya murid dan guru Mikael nonton Ramayana di Prambanan bersama-sama?). Gedung yang digunakan untuk Newport sendiri sangat megah dan sangat representatif. Sound of Music adalah judul opera yang dimainkan pada malam itu. Opera ini mengambil setting di Jerman pada masa pemerintahan Hitler. Lagu-lagu dan paduan suara yang ditampilkan oleh para pemain opera sangat bagus. Kami pun bercita-cita memliki paduan suara seperti mereka… Boleh dong. Tentunya opera tersebut dipersiapkan secara profesional dan membutuhkan keseriusan serta kerja keras.
Pengalaman yang dapat kami peroleh pada hari tersebut adalah bahwa dengan peralatan yang ada (seadanya) para siswa Erda Tech bisa kreatif dan mampu bekerja keras, pantang menyerah. Para siswa Mikael dengan peralatan yang serba ada, justru mengalami penurunan pada hal ini. Mari punggawa Mikael, jangan mudah menyerah, kerja keras Bro… Satu hal lagi dari opera yang kami saksikan, kami belajar bahwa untuk dapat tampil baik diperlukan keseriusan, dan kerja keras.
Jumat, 21 Oktober 2011 adalah hari kelima kami belajar bahasa Inggris. Kami bertanya dalam hati apakah kemampuan bahasa Inggris kami sudah bertambah atau hanya malah sudah mentok. Hanya Tuhan yang tahu (cie ..cie …sok religius ya). Pagi diawali dengan membimbing siswa kelas dua untuk menggambar isometrik dan gambar pandangan. Yang kami amati, mereka belum familiar dalam menggunakan sepasang segitiga. Ini dapat kami maklumi karena kelas ini kalau di Indonesia baru kelas 2 SMP. Tantangan kami berikutnya adalah pertemuan dengan para donatur dari Xavier School yang berencana akan mendanai teaching factory di Erda Tech School. Di luar dugaan, Mr. Magsalin menyuruh kami untuk mempresentasikan hasil usulan kami dalam membentuk teaching factory yang sederhana. (Gila, bro..ditengah bahasa Inggris kami yang blekak blekuk..ternyata kami dipercaya…Mikael patut berbangga, Man). Dalam pertemuan tersebut, ada perbedaan konsep. Erda Tech School menghendaki teaching factory yang sederhana yang dimulai dengan mengoptimalkan peralatan yang sudah ada. Namun, para donatur masih berasumsi pada kerja sama mereka dengan ATMI Surakarta bahwa teaching factory harus seperti Kolese Mikael. Mungkin mereka mengasumsikan bahwa dalam satu hari harus dapat menyelesaikan 15 filing cabinet. Menurut kami, akan baik bila segala sesuatu dimulai dari hal sederhana, kemudian meningkat tahap demi tahap, misalnya: dengan membuat kursi dan bangku untuk sekolah. Karena ditinjau dari sumber daya manusia dan sarana prasarana, sebenarnya mereka belum siap. Akhirnya, untuk sementara diputuskan untuk membuat sampel dengan melihat bangku yang ada di Xavier School. Siang hari kami lalui dengan mendampingi praktek menggambar siswa kelas 2 sambil mempersiapkan segala sesuatunya untuk observasi di Xavier School.
Malam harinya, kami diajak untuk makan malam di sebuah restoran sea food di Manila oleh Luci Delamanta, salah seorang staf Jesuit Asia Pasifik yang tempo hari mengadakan kunjungan ke Indonesia dengan Mr. Magsalin dan Pater Johny Go, SJ. Tempat tersebut terkenal dengan makanan laut. Hiburannya terdiri dari lagu yang disajikan oleh musisi seperti di Es Masuk dan pertunjukan tari tradisional Pilipina dan Hawai. Sungguh menakjubkan. Kami yakin bahwa apa yang mereka tampilkan adalah hasil dari kerja keras dan keseriusan dalam mengerjakan sesuatu, dengan kata lain profesional. Pengalaman yang kami petik pada hari tersebut adalah kesuksesan diawali proses bertahap dari hal yang sederhana. Kolese Mikael bisa menjadi seperti sekarang ini diawali dengan peralatan yang sederhana dan membuat benda kerja sederhana dengan selalu memperhatikan ketelitian, kepresisian. Erda Tech kiranya dapat memulai teaching factory dengan hal yang sederhana dan harus digarap serius. Sebagai analogi, para penari telah mempersiapkan diri dengan serius sehingga hasilnyapun tidak mengecewakan.
Sabtu, 22 Oktober 2011 kami berencana untuk mengunjungi Atenio University. Di sana, kami berkeliling di kampus dan akhirnya menemui Romo Priyono Marwan yang dulu menjabat Provinsial Serikat Jesus di Indonesia. Kalau tidak salah Romo Priyono sekarang menjabat Provisial SJ se-Asia Timur (Romo Agus, mohon diralat kalau salah). Kami diajak berkeliling dikomplek tersebut dan ditunjukkan oleh Romo Pri, tempat tinggal Romo Agus saat menempuh studi di Filipina. Saat istirahat, saya diberi bekal oleh Romo berupa sambel. Oh, my God..betapa senangnya. Setelah seminggu makan tanpa sambel akhirnya kami menemukannya kembali (terima kasih Romo Pri). Setelah diantar sampai depan kantor oleh beliau, kami meneruskan perjalanan menuju sekolah milik Jesuit, Xavier School, yang terdiri SD sampai SMA (Ssst… ternyata sekolah ini memang dikhususkan untuk keturunan Cina, untuk temanku Felix, Anda dapat nglamar di sini sebagai pustakawan) Karena terdiri dari tiga jenis, sekolah ini memiliki 3000 murid dan 300 guru. Fasilitas yang disediakan cukup mewah. Mungkin yang bisa menyamai adalah Kolese Kanisius Jakarta. Tujuan kunjungan kami kesana adalah untuk melihat meja kursi yang kiranya dapat dibuat di Erda Tech untuk mengawali teaching factory. Setelah cukup berkeliling, kami diajak mampir ke SM Mega Mall, salah satu mall terbesar di Manila.
Minggu, 23 Oktober 2011, kami ingin istirahat di tempat tinggal kami. Tawaran untuk berakhir pekan dari Basti dan Mr. Magsalin sengaja kami tolak. Basti adalah teman kami dari Jerman yang juga bekerja di Erda. Nama lengkapnya Sebastian (ingat pemain Munich ya) . Hari tersebut kami isi dengan mempersiapkan diri dan menggambar hasil sket dari Xavier School.
Senin, 24 Oktober 2011, kami mencoba membuat sampel untuk membuat meja sekolah. Kendala yang kami temui adalah mesin bending untuk pipa. Awalnya, kami memastikan bahwa mesin yang ada dapat digunakan. Namun kenyataaannya, mesin tersebut hanya bisa digunakan untuk menekuk benda-benda pejal. Akhirnya, skenario kami ubah dengan menggunakan sambungan las, walaupun hasilnya tidak sesuai harapan. Di sini kami dituntut kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Hari itu kami akhiri dengan menemani praktek gambar kelas 3 yang mulai terbiasa dengan model gambar mekanik. Pengalaman yang dapat kami petik adalah benar apa yang pernah dikatakan oleh teman kami, bahwa bila seseorang sering dihadapkan pada keterbatasan alat, orang tersebut akan lebih kreatif.
Selasa, 25 Oktober 2011, adalah saatnya kami menghadapi “pertarungan” berikutnya, yaitu presentasi tentang SMK Mikael dihadapan para guru teknik Erda Tech. Sebagai pembuka, kami putarkan company profile SMK St. Mikael versi bahasa Inggris, karena dengan media ini mereka akan langsung memiliki bayangan seperti sekolah kita. Penjelasan berikutnya adalah tentang kurikulum, penjadwalan, cara penilaian dan hal apa saja yang perlu dikembangkan Erda Tech. Walaupun dengan bahasa Inggris yang masih “bosah-baseh”, kami bisa bertahan selama dua jam menyampaikan materi dan berdiskusi tentang pembelajaran. Syukurlah semuanya berjalan dengan lancar (tegangnya seperti ujian pendadaran tesis).
Waktu berikutnya kami isi dengan menyelesaikan sampel untuk teaching factory. Dibutuhkan kerja keras, karena kemampuan las kami tidak sebaik Pak Alip dan yang membuat kami sedikit kurang maksimal adalah pengecekan yang selalu dilakukan oleh Mr. Magsalin. Akhirnya, pembuatan rangka meja pada hari tersebut dapat terselesaikan, walaupun hasil las kami sebenarnya tidak memenuhi persyaratan performance yang baik. Pengalaman yang dapat kami petik adalah bahwa Erda Tech benar-benar memiliki mental mau belajar untuk memajukan sekolah. Mental ini merupakan modal yang baik untuk bisa berkembang.
Rabu, 26 Oktober 2011, kami berhasil menyelesaikan sampel meja yang akan kami jadikan langkah awal untuk merintis teaching factory. Dengan peralatan yang ada, akhirnya meja tersebut jadi, walaupun harus diakui bahwa hasilnya kurang memuaskan. Kerjasama yang kami jalin dengan para instruktur di sana berjalan baik sehingga kami banyak terbantu. Dalam mengerjakan sampel ini, kami sekaligus memberikan contoh kepada mereka bagaimana harus bekerja bila akan mendirikan teaching factory. Hari itu pelajaran diakhiri pada jam 11.45 karena akan diadakan seminar tentang TBC. Seminar tersebut diperuntukkan kepada orang tua murid. Setelah selesai seminar, para orang tua mengambil hasil nilai semester. Malamnya, kami diajak oleh Ms. Jane (kepala sekolah) beserta staf untuk makan malam di Robinson Mall. Pengalaman yang dapat kami ambil bahwa perhatian mereka terhadap kami sungguh luar biasa.

0 komentar

Guru Mikael NaNg Republika Ng Philippines - Bagian Satu: Dolan-dolan

Judul di atas tidaklah ingin meniru anak-anak AlaY yang pake huruf besar kecil tapi ada sesuatu yang khas saat kita menilik tulisan-tulisan dalam bahasa Tagalog ada kata NG. Ternyata NG itu artinya kurang lebih sama dengan "OF".
Kebetulan beberapa saat yang lalu, ada guru-guru Mikael yang diutus untuk mengajar di Manila, ibukota Filipina. Yang menjalankan tugas sebagai duta itu adalah Pak Murdi dan Pak Eko Winarno. Bakule HIK sudah sempat menyandera para duta itu untuk bercerita pengalamannya selama di Manila. Katanya, "Ora sah kok kon karo kok oyak-oyak, aku wis gawe critane hahahaha - Tidak usah disuruh dan dikerjar-kejar, cerita sudah saya buatkan," begitu seloroh salah seorang duta tersebut. Atas kemurahan hati itu. kita mendapatkan cerita-cerita berikut:
Jumat, 14 Oktober 2011. Hari itu, kami berangkat dari bandara Adisumarmo Boyolali (bukan Solo) dan sampai di Jakarta 1 jam kemudian. Mulai detik itu, kami benar-benar belajar untuk menunggu. Pertama, menunggu loket chek in buka. Selanjutnya, setelah masuk di bagian imigrasi, kami masih harus menunggu keberangkatan pesawat. Ternyata, mau ke luar negeri berat juga di samping tentu biayanya. Akhirnya pesawat yang kami tunggu tiba dan kami disuruh memasuki pesawat Pilliphine Airlines. Di dalam pesawat, kami sudah merasakan suasana yang berbeda terutama segala sesuatunya sudah menggunakan bahasa Inggris. Dua jam kemudian kami transit di Bandara Singapura Changi (terus jadi ingat peristiwa Munir). Begitu keluar dari pesawat, kami agak kaget dengan suasana bandara yang sangat berbeada dengan bandara di Indonesia. Dan tanpa terasa bahwa saya sudah menginjakkan kaki di luar negeri (Maklum, baru sekali ini keluar negeri Bro). Barang-barang yang kami bawa diperiksa termasuk laptop. Setelah menunggu kira-kira 20 menit, kami segera menaiki pesawat lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Manila, ibukota Pilipina. Sampai di bandara, kami sudah dijemput staf Erda Tech, antara lain : Mr. Marc. Magsalin (Wakasek Kurikulum), Mika (Kepala Administrasi), dan Owen (staff accounting).
Sabtu, 15 Oktober 2011. Hari pertama di Manila, kami diajak berkeliling oleh seorang staf accounting Erda Tech yang bernama Owen (namanya mirip pemain MU). Di belakang Erda Tech, ada sungai besar bernama Pasig River dan untuk menyeberanginya, digunakan perahu yang digerakkan dengan motor diesel. Untuk dapat menaiki perahu ini, orang-orang harus membayar 7 peso Pilipina. Turun dari perahu, kami diajak melihat rumah susun yang dihuni oleh ribuan orang. Baru kali ini kami melihat dari dekat keadaan rumah susun. Kami menyeberang lagi untuk melanjutkan perjalanan dengan troli. Di Indonesia, troli adalah nama alat yang digunakan untuk mengangkut barang. Namun, di Filipina troli – yang ternyata tidak seperti yang dibayangkan - digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut manusia dalam jarak dekat. Bentuknya seperti kursi panjang dari bambu yang bisa mengangkut 8 orang dengan posisi duduk saling membelakangi (bahasa Jawa: ungkur-ungkuran). Yang membuat takut adalah troli tersebut dijalankan di atas rel kereta api yang masih aktif dan didorong oleh tenaga manusia. Di Indonesia, keberadaan becak masih lebih manusiawi. Masih ditambah lagi bila roda yang terbuat bearing itu lepas atau pecah saat berada di atas jembatan.
Setelah mencoba troli, kami diajak Owen naik bus untuk menuju SM Manila, salah satu mall terbesar di kota Manila. Begitu sampai di mall, saya kaget bahwa pengunjung mall sangat banyak seperti saat 2 hari sebelum lebaran di Indonesia. Makan siang di mall dengan harga cukup mahal pun dipenuhi pembeli. Setelah saya tanyakan pada Owen, ternyata hari Sabtu dan Minggu bagi mereka adalah hari keluarga sehingga tempat-tempat wisata, mall selalu penuh sesak oleh pengunjung. Timbul pertanyaan, bagaimana dengan keluarga yang tidak punya uang, karena saat kami naik troli ternyata masih banyak warga Pilipina yang miskin mendirikan gubuk di pinggir rel kereta api seadanya untuk tempat tinggal. Yang dapat dipetik dari pengalaman ini adalah bahwa warga Pilipina adalah sayang pada keluarga, meskipun di satu sisi mereka sangat konsumtif.

Minggu, 16 Oktober 2011. Pagi hari, kami diajak oleh para guru muda dan staf (Mika, Claro dkk) untuk pergi mengenal lebih jauh tentang Pilipina dari segi sejarah dan kebudayaan. Tujuan pertama adalah Gereja Katedral Manila untuk mengikuti misa kudus. Yang membuat kaget, bahwa gereja sebesar dan semegah itu bangkunya hanya terisi sebagian dan tidak penuh. Kemana mereka ya? Apa karena sudah mayoritas katolik lalu mereka tidak mau ke gereja? Dan yang membuat saya heran adalah bahwa misa kudus tidak diiringi koor padahal diiringi orgel pipa yang membuat merinding pendengarnya. Saat itu, saya merasakan bahwa misa kudus di Indonesia tampaknya lebih semarak dan digarap lebih serius. Kepada para kaum muda Katolik di Indonesia, jangan mau kalah dengan mereka, mari tunjukkan kepada dunia bahwa anda dapat mengikuti dan berperan dalam misa kudus. Untuk teman-teman paduan suara Mikael, jangan khawatir suara kita tidak kalah dengan mereka di Pilipina.
Setelah kami sarapan, kami diajak mengunjungi Gereja Santo Agustinus, kira-kira 200 meter dari gereja Katedral. Suasana di gereja ini lebih baik, dalam arti bahwa misa diiringi dengan koor, dsb. Di samping gereja tersebut, ada museum yang berisi sejarah dan peralatan yang pernah ada sejak abad ke 16. Diceritakan oleh rekan kami Claro bahwa bangunan disamping gereja tersebut adalah bekas seminari. Sangat menarik tempat ini, dapat semakin meneguhkan iman kami.
Di seberang Gereja Santo Agustinus terdapat rumah kuno Pilipina yang disebut Casa Manila. Rumah ini dulu ditempati oleh Staf Gubernur atau Gubernur Jendral Spanyol di Manila. Sasaran kami berikutnya adalah bekas benteng pada jaman penjajahan Spanyol. Kalau di Indonesia, mungkin seperti benteng Vredeburg dan benteng-benteng sejenis lainnya. Puas berjalan-jalan, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 12 siang waktu Manila atau jam 11 siang di Solo. Bersamaan dengan waktu tersebut, museum tutup untuk istirahat. Kami pun juga mencari tempat untuk makan siang dan akhirnya kembali ke SM Manila. Karena hari Minggu, pengunjung semakin penuh dan kembali semua restoran di SM Manila dipenuhi oleh para pengunjung yang akan makan siang. Dan restoran yang dipilih adalah restoran Cina (jadi ingat Koh Felix yang menjadi pustakawan di Mikael). Usai makan siang, perjalanan dilanjutkan ke Rizal Park, yaitu penjara tempat Jose Rizal ditahan. Jose Rizal adalah pahlawan kemerdekaan Pilipina pada jaman penjajahan Spanyol. Beliau adalah seorang dokter sekaligus penulis, di dalam penjara tersebut ditampilkan tulisan-tulisan saat beliau dipenjara. Puas berkeliling sekitar tempat tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Luneta Park. Luneta Park adalah ruang publik yang disediakan oleh pemerintah Pilipina tanpa dipungut bayaran. Pada sore tersebut, tempat itu dipenuhi pengunjung, seperti hari Lebaran di candi Prambanan. Di taman itu pula terdapat monumen Jose Rizal. Konon, beliau di eksekusi di tempat tersebut. Pengalaman yang dapat kami petik adalah orang Pilipina sangat menghargai tempat bersejarah peninggalan para pendahulu. Mereka merawat tempat-tempat tersebut dengan baik. Mereka sangat menghargai jasa para pahlawannya. Untuk perkara ini, bangsa Indonesia perlu mencontoh mereka.

1 komentar

Mikael Juarai Bidang CADD LKS Propinsi Jawa Tengah


Semangat dapat pula didapat dari dukungan sekitar kita yang peduli terhadap kinerja kita. Jika kita mendapat kesuksesan atau kemenangan, mereka jugalah yang menjadi pemenang.”

- Andi Prasetyo, Duta Lomba CADD LKS Propinsi Jawa Tengah 2011 -


Tahun pelajaran ini, SMK Mikael mendapat tempat kehormatan mewakili Kota Solo tercinta untuk maju di bidang CADD (Computer Aided Drawing and Design) dalam rangka Lomba Ketrampilan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Propinsi Jawa Tengah. Lomba ini dilaksanakan pada tanggal 18-21 Oktober 2011 di Kota Pati. Wakil kita di ajang kompetisi ini adalah Andi Prasetyo, teman kita kelas XII D. Selamat untuk Andi karena sudah berhasil menjalankan tugas dengan baik dan merebut posisi pertama. Atas pengalaman tersebut, Andi menceritakan sedikit pengalaman yang diperolehnya. Barangkali kita bisa belajar sedikit dari keberhasilan yang dicapainya.


Bagaimana persiapan menjelang pelaksanaan lomba itu?

Persiapan yang saya lakukan adalah mempelajari software computer untuk menggambar teknik. Persiapan yang dilakukan sekitar 1 bulan. Awal-awalnya, saya sempat kekurangan informasi dari panitia pusat karena tempat perlombaannya di Pati.

Sebelumnya mendapat informasi, software yang saya perdalam adalah Solidwork dalam waktu 1 minggu. Tapi, setelah saya mencari informasi dari internet, saya baru tahu bahwa software yang digunakan adalah AutoCAD, Inventor, dan Mechanical Desktop.

Akhirnya, saya dibantu guru pembimbing saya, Bapak Alexander Arief untuk mempelajari software Inventor. Saya memperdalam software tersebut sampai 1 hari sebelum hari keberangkatan.


Bagaimana perasaan ketika menjalani lomba?

Hari pertama, kami sebelumnya mengikuti Technical Meeting sebelum pelaksanaan. Pelaksanaannya diadakan di suatu ruangan yang di dalamnya disediakan 14 set perangkat computer, 2 komputer cadangan, dan 2 printer. Pada saat lomba hari pertama, ada dua sesi, yaitu membuat sketsa dan membuat gambar kerja dari sketsa yang telah dibuat dengan computer.

Saya sedikit minder karena teman-teman lain mengerjakan dengan cepat . Komputer saya sempat hang 1 kali sehingga pekerjaan saya tertunda hampir 10 menit. Dua sesi tersebut mempunyai total waktu 1,5 jam untuk sketsa dan 3 jam untuk menggambar dengan computer.

Di hari pertama, saya menyesal dengan hasil pekerjaan yang saya kerjakan di sesi kedua. Saat itu, saya memprioritaskan untuk mengerjakan gambar yang mudah. Alhasil, ada satu gambar yang mempunyai nilai tinggi yang belum sempat saya kerjakan, yaitu roda gigi lurus digabung roda gigi helix.

Pembimbing saya terus menyemangati supaya di hari kedua saya harus bisa menentukan prioritas dan tidak selalu melihat hasil teman yang sudah lebih cepat selesai.

Hari kedua, ada dua sesi juga, yaitu membuat gambar kerja dan gambar rakitan tiga dimensi. Dalam mengerjakan sesi satu, saya begitu yakin dengan hasil saya karena pada soal gambar, terdapat bagian yang dikerjakan dengan Milling walaupun itu Hand Wheel (Roda Pemutar). Untuk sesi kedua, saya juga kewalahan dengan waktu karena untuk gambar 3D, saya belum sempat mencantumkan etiket yang berisi nama setiap item, jumlah, material, nomor gambar, dll. Pada kesempatan print out, hasil teman lain tidak menampakkan pengerjaan roda pemutar dengan prose milling. Namun, saya yakin gambar saya tidak ada masalah.

Akhirnya, dua hari perlombaan telah usai. Sorenya, setelah lomba, diadakan penutupan sekaligus pengumuman pemenang.


Apa yang kamu rasakan ketika dibacakan pengumuman?

Pada awalnya, saya berpikir hanya mendapat juara harapan. Namun, Tuhan berkehendak lain. Nama saya disebut saat diumumkan kategori juara pertama.

Perasaan saya sungguh senang. Saya masih tidak menyangka. Namun, saya segera teringat bahwa keyakinan saya sudah ada sejak menggambar sketsa dan saat mengambar hand wheel. Keyakinan inilah yang menuntun saya mendapatkan juara pertama di tingkat propinsi.


Apa yang kamu pelajari dari pengalaman itu?

Saya mendapat pengertian bahwa mengerjakan sesuatu harus tetap semangat. Yang penting, kita percaya diri dengan hasil kita. Ada hal yang tidak kalah penting adalah minta pertolongan pada Tuhan sebelum melakukan sesuatu. Semangat dapat pula didapat dari dukungan sekitar kita yang peduli terhadap kinerja kita. Jika kita mendapat kesuksesan atau kemenangan, mereka jugalah yang menjadi pemenang.


“Veni, Vidi, Vici – Aku Datang, Aku Lihat, Aku Menang.” Belajar dari pengalaman Andi, semua orang dapat memperoleh keberhasilan jika semua itu dipersiapkan dan dilakukan dengan baik. Semoga hidup kita menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Itu.