Suara riuh kadangkala memecah deru hujan yang mengguyur kampus SMK Mikael pada Sabtu (10/11). Malam itu, para penghuni kelas XII SMK Mikael mengadakan pertemuan pengakraban. Cukup singkat untuk menyebut acara itu. "Sarasehan".
Kata "sarasehan" ini tampaknya cukup mewakili apa yang terjadi malam itu. Suasana yang cair, santai tetapi tetap sungguh-sungguh mewarnai dinamika kegiatan malam itu. Dalam acara itu, para manukers kelas XII ingin menyatukan langkah sebagai wujud nyata komitmen mereka dalam menempuh pembelajaran di SMK Mikael. Apalagi, ini adalah tahun pungkasan mereka di SMK Mikael. Beberapa bulan lagi, mereka sudah pergi untuk mengejar mimpinya masing-masing.
Acara yang disebut sarasehan itu memang baru dikenalkan pada tahun ini. Sebelumnya, sejauh terdengar, tidak ada acara begituan. Adanya lktd, lktm, retret, dan seminar-seminar. Acara ini memang rencananya memang akan dilakukan di setiap tingkat kelas. Acara sarasehan ini diadakan satu hari satu malam. Acara dimulai pada hari Sabtu sore sampai malam. Pesertanya pun menginap di sekolah karena pagi hari di hari Minggu, mereka pun sudah memulai kegiatan sampai siang hari. Di bulan September, pernah ada acara sejenis, tetapi acara itu diperuntukkan bagi mereka yang masih belajar di kelas XI. Untuk kelas XI, acara ini dipakai untuk mengetahui kekuatan dan peluang-peluang yang dapat digunakan oleh kelas untuk berkembang bersama.
Acara sarasehan ini bertujuan untuk mengakrabkan para siswa. Di sana, mereka saling mengenal lebih jauh sehingga terbentuk sebuah ikatan yang kuat di antara mereka. Ikatan ini diperlukan agar mereka dapat membangun kelas yang saling mendukung pengembangan belajar dan kepribadian mereka. Selama satu hari satu malam, bersama para pendamping, para penghuni kelas membicarakan apa yang terjadi dalam kelas demi kemajuan dan pengembangan bersama.
Kesadaran "one for all and all for one - satu untuk semua dan semua untuk satu" rupanya perlu disadari oleh mereka yang mengikuti sarasehan ini. "Satu untuk semua dan semua untuk satu" merupakan kata-kata yang digunakan oleh Alexandre Dumas dalam novelnya The Three Musketeers yang terbit pada tahun 1844. Kata-kata ini juga menjadi motto tradisional negara Swiss pada tahun 1868. Istilah ini memang digunakan untuk menyemangati dan membangkitkan kesadaran akan tugas, solidaritas, dan kesatuan sebagai sebuah komunitas.
Selain membangun keakraban, sarasehan ini rupanya dapat juga digunakan untuk membangun kesadaran bahwa satu sama lain merupakan bagian yang erat. Dengan kesadaran ini, diharapkan kelas per kelas ke depan dapat membangun kebersamaan yang positif untuk maju bersama seperti yang dinyatakan dalam Mars Mikael, "Tiap hari latih diri, pantang mundur terus maju..."
"Bagi
saya, kamera adalah buku sketsa, sebuah instrumen yang mewadahi
intuisi dan spontanitas" - Henri Cartier-Bresson
Kata-kata
ini merupakan cetusan hati seorang fotografer Perancis yang bernama
Henri Cartier-Bresson (22 Agustus 1908 - 3 Agustus 2004). Dunia
menganggapnya sebagai perintis jurnalisme modern. Teknik fotografi
yang dikembangkannya disebut "fotografi jalanan" yang
memadukan antara elemen-elemen fotojurnalisme, foto-dokumentasi, dan
pendekatan artistik lainnya. Kata-kata ini pula tampaknya yang ingin
dihidupi oleh komunitas ekstrakurikuler Multimedia SMK Mikael Solo.
Komunitas
ekstrakurikuler Multimedia merupakan komunitas manukers SMK
Mikael yang ingin secara khusus mendalami soal menyoal fotografi dan
videografi. Dalam kesehariannya, komunitas ini mengadakan kegiatan
setiap hari Selasa setelah jam pembelajaran selesai. Dalam pertemuan
Selasanan itu, komunitas ini banyak belajar mengenai teknik-teknik
fotografi dan videografi. Teknik-teknik ini kemudian digunakan dan
dipraktekkan dalam aksi hunting momen.
Asal
muasal komunitas ini terbentuk dari pengalaman para manukers
di ajang Temu Kolese 2011 di Seminari Mertoyudan. Dalam ajang itu,
para manukers sempat dibuat terkejut ketika mengikuti
arena jurnalistik dan fotografi Temu Kolese. Ternyata, jurnalistik
dan fotografi di kolese lain sudah jauh lebih berkembang.
Keprihatinan itulah yang membuat beberapa manukers memiliki
inisiatif untuk membuat komunitas Multimedia. Ini semua dibuat agar
jurnalisme dan fotografi para manukers Mikael tidak
ketinggalan dengan para penghuni kolese lain.
Sampai
sekarang, sudah beberapa karya yang sempat dibuat oleh komunitas ini.
Antara lain adalah yang terpampang di postingan ini. Selain itu,
mereka juga memproses video Wisuda 2012.
Komunitas
Multimedia ini merupakan komunitas pengabadi momen. Mereka bertualang
untuk melestarikan momen-momen. Peristiwa kehidupan yang tampaknya
biasa menjadi luar biasa di tangan mereka. Kecintaan kepada momen
sudah selayaknya membimbing para fotografer pada cinta terhadap
kehidupan. Joel Strasser pernah mengatakan, "Seorang
fotografer yang baik harus lebih mencintai kehidupan daripada
mengabadikannya dalam foto."
Komunitas ini sudah membawa peristiwa hidup kepada suatu momen yang
abadi. Keabadian momen itu ditawarkan kepada orang lain agar semakin
banyak orang yang mencintai momen dan kehidupan itu sendiri. Kehidupan
merupakan rangkaian momen yang tidak pernah akan kembali. Komunitas
ini menyadari betapa berharganya momen itu dan mencoba mensyukurinya
dengan mengabadikan momen itu dalam gambar. Saya kemudian ingat apa
yang dikatakan oleh Master Oogway dalam film Kungfu Panda, "Kemarin
adalah sejarah, besok adalah harapan, dan hari ini adalah hadiah."
Maka, orang Inggris menyebut hari ini dengan istilah "present"
(Ind: hadiah, pemberian, sekarang ini). Momen kehidupan adalah hadiah
bagi setiap orang.
“Lewat suka kami belajar menghargai hidup, dan lewat duka kami terlatih
mencintai hidup…”
Kutipan kalimat diatas saya ambil dari doa novena pesta emas SMK Mikael.
Tanpa terasa tahun ini SMK Mikael sudah memasuki usianya ke 50. Untuk para
pegawai alias karyawan, usia 50 merupakan usia “persiapan pensiun”. Tetapi
tidak bagi sebuah lembaga pendidikan, usia 50 merupakan usia untuk
merefleksikan kembali seluruh pengalaman dari yang sudah terjadi, sedang
terjadi, dan menentukan gambaran tentang apa yang akan terjadi (halah..)
Sekolah ini mengambil nama Mikael. Dalam kitab suci (agama Kristen)
Mikael digambarkan sebagai Panglima tentara surga,yang bertugas untuk
mencampakkan ke dalam neraka setan dan semua roh jahat lain yang berkeliaran di
dunia, hendak membinasakan jiwa-jiwa. Jadi dari settingan namanya saja sudah bisa diprediksi bahwa sekolah ini
adalah sekolah maskulin, sekolahnya para kaum bermanuk. Sebagai sekolah kaum bermanuk,
sudah sepatutnya pula jika perlakuan kepada muridnya akan berbeda,
dibandingkan dengan sekolah yang muridnya heterogen. Belum lagi sebagai sekolah
kejuruan (yang dulu dikenal dengan nama STM), murid-muridnya (diharapkan)
mempunyai karakter yang kuat dalam berbagai aspek, salah satunya dalam hal
disiplin.
Melihat gambaran tentang sekolah kejuruan di Indonesia akhir-akhir ini,
kok rasanya semakin memprihatinkan. Terobosan baru dengan klaim sudah membuat
“mobil esemka” rupanya belum bisa mengangkat pamor sekolah kejuruan,
dibandingkan sekolah umum (SMA). Sampai-sampai muncul guruauan yang
mendefinisikan bahwa produk-produk “esemka” adalah produk-produk second best alias produk-produk KW.
Sampai-sampai para teroris pun tidak mau menggunakan bom rakitan buatan esemka
karena ketika akan diledakkan pasti tidak jadi meledak, hehehehe. Belum lagi di
ibukota. Nama SMK alias “esemka” masih identik dengan tawuran pelajar yang
semakin marak.
Tetapi untunglah esemka Mikael
tidak pernah menargetkan murid-muridnya untuk dapat membuat mobil esemka, atau
apalah itu. Mikael menanamkan semangat kepada murid-muridnya untuk menjadi Man for Others. Untuk menjadi Man for Others tidak perlu membuat mobil,
apalagi sampai terlibat tawuran. Kalau sampai terlibat dalam tawuran, itu
namanya sudah mengingkari semangat Man
for others.
Tetapi sebagai sekolah yang seluruh siswanya laki-laki, memang harus
identik dengan hal-hal yang berbau maskulin. Dilihat dari nama Mikael, panglima
tentara surga, sudah mengindikasikan hal tersebut. belum lagi jika dirunut dari
sejarahnya bahwa sekolah ini dikelola oleh para romo Serikat Jesus, “pengikut”
Santo Ignatius Loyola, kesan maskulin seharusnya lebih nampak lagi karena
Ignatius dulunya juga seorang tentara dan ksatria dari Spanyol. Jadi memang
sebenarnya sekolah ini settingannya adalah
sekolah gelut alias berkelahi. Tetapi
musuh yang harus diajak berkelahi tersebut bukan orang lain, tetapi diri mereka
sendiri. Musuh yang harus dikalahkan adalah rasa malas, cemas, tidak disiplin,
sampai sifat individualis. Sehingga harapannya setelah mereka “berkelahi”, yang
akan menjadi “pemenang” adalah semangat Man
for Others.
Tapi memang harapan seringkali masih jauh dari kenyataan. Apa yang
diharapkan dari para siswa seringkali masih jauh dari realitasnya. Memang
banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Tetapi tampaknya banyak juga kesengajaan
dan “pembiaran” sehingga harapan tersebut masih jauh dari kenyataannya. Ketika
saya diminta membantu di bagian kesiswaan mulai tahun ini, saya hanya
bercita-cita untuk mendekatkan kenyataan dengan harapan tersebut. Walaupun
tidak dapat mencapai ideal, tetapi paling tidak toh ada arah untuk mendekati
ideal.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya? Dan jawaban
sederhananya ternyata dapat diwakili oleh satu kata : REVOLUSI…. Dan untuk
mencapai tujuan itu harus dilakukan dengan cara yang militan. Maka saya harus
menanamkan benih-benih “radikalisme”. Tetapi radikalisme disini dalam konteks
yang positif karena tujuannya untuk kebaikan bersama, sesuai dengan semangat Man for Others, bukan untuk
menghancurkan sesama.
Dan kegiatan kali ini adalah kegiatan kedua saya dimana saya mulai
terlibat. Kegiatan pertama saya adalah saat Masa Orientasi Siswa (MOS) kemarin.
Ciri khasnya pasti selalu ada, yaitu brutal, hehehehe… Walaupun sekilas keras,
tetapi ada tujuannya. MOS kemarin bertujuan untuk menanamkan kedisiplinan.
Hanya sekedar menanamkan bahwa jika anda tidak disiplin, yang paling dirugikan
adalah orang lain. So, supaya orang lain tidak merasa dirugikan, mulailah
belajar disiplin dari sekarang. Jika tidak dimulai dari sekarang, you bakal tanggung sendiri akibatnya.
Sebagai contoh, dalam MOS kemarin bagi mereka yang datang terlambat tidak akan
diberi tempat duduk dan harus jongkok seharian.
Kegiatan kali ini bernama Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD).
Yang ingin ditanamkan adalah kepedulian dan kebersamaan, sesuai dengan semangat
Man for Others itu tadi. Intinya
bekerja sama dalam suatu kegiatan tanpa tahu arah tujuan. Sehingga harapannya
mereka dapat saling peduli dengan rekan-rekan yang lain, saling percaya, dan bertanggung
jawab. Pasti akan menemukan kemurahan Tuhan dalam perjalanan, hehehehe…
(walaupun caranya lain dari biasanya).
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya diputuskan bahwa para siswa harus
berjalan kaki dari Karangpandan-Tawangmangu, sekitar 16 kilometer dengan medan
yang cenderung menanjak. Perjalanan dimulai sore hari dan tidak akan melalui
jalur utama. Rombongan dipecah menjadi 2 jalur, dan masih dipecah lagi dalam
berbagai kelompok. Kelompok 1 melewati
Ngargoyoso, dan Kelompok 2 melewati Matesih.
Di setiap jalur mereka masih harus melewati pos-pos dan harus memecahkan
sandi-sandi. Yah sepintas hampir mirip pramuka lah. Disini rasa kebersamaan
antar anggota kelompok ditanamkan. Sampai makan pun diberikan di perjalanan
dalam 1 wadah yang harus dibagi-bagi untuk setiap kelompok. Sama rata, sama
rasa, sedikit jadi komunis nih, heheheh. Mereka berangkat bersama-sama dari Pos
1, kemudian dipecah menjadi 2 jalur, masing-masing melewati Pos 2 & Pos 3,
dan akhirnya melakukan link up dan
bertemu kembali di Pos 4.
Sebuah game yang maskulin,
seru, menantang, sekaligus berkesan. Perjalanan yang dimulai jam setengah 4
sore dan baru berakhir jam setengah 11 malam. Dilanjutkan dengan berbagai
permainan keesokan harinya. Tak tampak lagi sekat-sekat agama, suku, ras,
guru-siswa, dll.
Semuanya membaur menjadi satu. Sesuai dengan semangat Man for Others & syair di akhir Mars
Mikael…
“Tiap hari latih diri, pantang mundur terus
maju…”
album fotonya ada disini: https://www.facebook.com/media/set/?set=a.3894238434474.2128752.1234442009&type=1#!/media/set/?set=a.3894238434474.2128752.1234442009&type=3