hidangan istimewa kolese mikael

the end of the line



dengan mengusung tema "the end of the line", PASTELO kembali mengadakan kegiatan. Kali ini, kegiatan dilakukan dengan Camping di Pantai SAMAS. 18 orang anggota ikut kegiatan ini. direncanakan akan ada kegiatan diskusi, bersih pantai, jogging dan refreshing. ternyata tidak semua bisa dilakukan. kebetulan, ada upacara melarung sesaji oleh Pemda Bantul pada hari itu juga. oleh ketua rt, kami disambut dan diantarkan ke tempat camping. keadaan di sana cukup ramai, sehingga PASTELO harus mencari tempat yang cukup sepi untuk mendirikan tenda. tempat itu cukup ideal. bisa melihat pantai, namun juga terlindung dari hempasan ombak, terlindung oleh tanaman (cemara udang) dan dekat dengan sumur. tenda terpasang sekitar pukul 18.00. acara selanjutnya makan !!! acara makan cukup ribet karena ternyata air untuk masak kurang. beberapa anggota harus mencari air di sumur. karena sudah malam, sumur tidak bisa ditemukan, terpaksa minta bantuan pak rt untuk kembali mencari air.

(nama pak RT adalah pak SUDINO, tetapi pak ARIS salah mengucapkan menjadi SUDIRO. Fr. Atmo malah memanggil dengan nama pak TORA karena ingat sama TORA SUDIRO, maaf pak !!)

pagi harinya, ada acara sedekah laut itu. acara jam 10, tapi ternyata tidak ada yang benar2 yakin bahwa acara jam 10, so, jam itu, semua pas mandi atau makan. sesudah semua beres2 n persiapan ke tempat pat Dino, baru tahu kalo sedekah sudah kelar.....
yah....akhirnya masih tersisa sedikit penghibur hati, hidangan dangdut pantai selatan...udara pantai yang panas semakin panas karena goyangan pedangdut. tapi....makin lama, hati tidak terima melihat perempuan yang bergoyang dengan pakaian minim dilihat banyak orang, ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, simbah-simbah, semua melihat dari jarak dekat, seakan-akan yang dilihat adalah bukan manusia. dengan perasaan kasihan campur tidak tega, PASTELO memilih pulang dan melanjutkan perjalanan. saatnya pulang.............

sebelum pulang, mampir ke tempat mertuanya Pak Aris. say thanks !! atas segala bantuan, sambutan, dan minuman....lega. Di sana memang tidak ketemu ma Pak Aris, beliaunya sudah pulang ke CondongCatur. Ketemu dengan bapak Mertuanya pak Aris, Makasih ya pak >>>>>>>

perjalanan pulang cukup menarik. ada beberapa tempat yang disinggahi sambil pulang. pertama ya tempat foto-foto yang cukup menarik dari jalan bantul, yaitu pasar seni Gabusan. tempat ini memang di seberang jalan, jadi ya tingal parkir saja sudah bisa lihat gong yang besar di samping tempat pertunjukan. kebetulan pas sepi, yang ada hanya PASTELO yang nggaya foto di depan tulisan .............minimal pernah lewat dan foto di depannya.

tujuan selanjutnya adalah tempat yang cukup sering didengar yaitu TEMBI, house of culture. dari namanya, cukup bisa dipahami,ya ini adalah tempat semacam ruang budaya tentang jawa. di tempat ini ada banyak barang koleksi budaya jawa seperti keris, wayang, alat pertanian, rumah jawa, gamelan, sepeda, buku kuno, dll. menurut penjaganya, di jogja, hanya tempat ini yang memiliki koleksi seluas TEMBI. selain museum, ada juga galeri pameran lukisan, patung dan poster. juga terpasang barang-barang kuno di awal abad 20. Bagian lain dari TEMBI ini adalah rumah sewa yang ada di dalam kompleks sejumlah 7 buah.

perjalanan sudah akan berakhir dengan makan siang karena sudah lapar dan haus.....masih harus sampai jogja untuk mengantar pak Triyanto baru ke SOLO. perjalanan ini lebih lama karena masuk ke kota JOgja, masuk ke keramaian yang tentu jauh berbeda dari SOLO. di sepanjang jalan, kendaraan parkir di sembarang tempat, kepadatan lalu lintas yang tak terelakkan membuat rombongan harus menurunkan kecepatan demi kebersamaan. beberapa teman sempat kesulitan mengikuti karena padatnya lalu lintas. untung saja, anak PASTELO masih bisa tersenyum dan menikmati perjalanan pulang ini.

ternyata, lapar dan haus yang dirasakan tidak membuat PASTELO langsung mencari kedai makan. saat tahu bahwa akan melewati de Britto, diusulkan untuk mampir. acara ini sangat tidak terencana sehingga memang tidak bertemu orang yang dikenal di sana. untung ada pak SATPAM yang dengan wajah garang tapi baik itu, mengantar jalan-jalan dikompleks de Britto sambil menerangkan lokasi tersebut. tak lupa, ada sesi foto di de britto yang melibatkan ke"gilaan" anak mikael bila lagi ingin difoto. akhirnya disepakati untuk foto di depan santo johanes de britto. kapan ya kita punya patung st. mikael segede ini ?

pernyatan yang diajukan pada pak satpam di akhir adalah di mana tempat makan yang sederhana ? artinya semua sudah lapar dan ingin segera makan, juga minum hehehe....
perjalanan pulang tidak segera menemukan tempat makan yang cocok untuk semua. hujan mulai datang dan semua mulai bertanya-tanya, kapan berhenti dan makan ? di saat hujan akan turun deras, ada warung di pinggir jalan. langsung, semua sepeda motor diparkir di sebelah warung dan pesan makan. ternyata lama sekali, 45 menit untuk memasak tidak nyaman bagi beberapa orang, akhirnya diputuskan sebagaian makan di warung tetangga. eh,...giliran yang makan di warung tetangga dah kelar, masakan di warung pertama belum matang. so...yang dah pada makan trus cari2 kegiatan, misalnya foto-foto ngawur...

1 komentar:

happy mengatakan...

The end of the line = batas akhir?
Apakah tapak2 kaki kita hanya berhenti / dihentikan oleh garis pantai?
Nggak, Ter, cuman, pengin tahu aja maksud dari tema PASTELO kali ini. Lha, wong sebagai bapak rumah tangga, garis pantai malah jadi awal peziarahan dengan Bahtera Keluarga mengarungi samudera kehidupan baru, menuju Pantai Kebahagiaan Abadi. Halah....sok sastra nggih.
Tapi, jujur saya seneng bgt dg kegiatan Pastelo. Sebenarnya saya pengin bgt ikut climbing, caving, coasting, etc. Tapi kadang harus ingat pada Bahtera Keluarga. Yach...
O, ya, BTW ttg foto2nya, saya tertarik yg ada pianonya itu lho di TEMBI. Wah jadi gatal pengin main piano (gatal digaruk aja).
OK, Pastelo keep exploring the limitless world, to find the limitless power of GOD.