Kalau
kita
sejenak
meluangkan
waktu
masuk
ke
bengkel
SMK
Mikael,
kita
akan
melihat
jajaran
mesin-mesin
yang
setiap
hari
dipakai
oleh
para
siswa
untuk
mengasah
ketrampilan
menjadi
tenaga
teknik
yang
handal.
Mesin-mesin
itu
berjajar
dengan
gagah
seakan-akan
ingin
menguji
ketangguhan
pada
siswa
yang
menggunakannya.
Mesin-mesin
itu
merupakan
arena
bagi
para
siswa
Mikael
untuk
menempa
diri
“pantang
mundur
terus
maju”
dalam
belajar
tentang
mesin
perkakas.
Menilik
lebih
jauh
mesin-mesin
di
SMK
Mikael,
kita
akan
melewati
rentang
waktu
yang
sangat
panjang.
Bahkan
mungkin
lebih
panjang
dari
usia
para
siswa
yang
pernah
bersekolah
di
tempat
ini.
Kita
lihat saja mesin ini. Pernahkah diluangkan waktu sejenak untuk
memperhatikan berapa angka tahun yang tertera dan membuat kita tahun
di era mana mesin tersebut dibuat? Saya
pernah
bertanya
kepada
beberapa
orang
punggawa
bengkel
perihal
mesin-mesin
tersebut.
Namun,
informasi
yang
didapatkan
sangatlah
sedikit
dan
terlalu
singkat.
Saya
mencoba
telusuri
mengenai
mesin-mesin
tersebut
lewat
jaringan
internet,
namun
seolah-olah
catatan
tentang
mesin
tersebut
lenyap
disapu
masa.
Bulan
Desember
yang
lalu,
bersama
dengan
Bapak
Laurentius
Sri
Tjahjana,
saya
menemui
beberapa
alumni
STM
Kanisius.
Dari
obrolan
yang
sangat
singkat
tersebut,
beberapa
saksi
sejarah
menyatakan bahwa SMK
Mikael
– yang
dulu
bernama
STM
Kanisius
– memang berdiri
pada
tanggal
1
Agustus
1962.
Saat
itu,
siswa-siswa
yang
bersekolah
di
sana
masih
menumpang
bangunan
sekolah
lain
seperti
yang
telah
dikisahkan
dalam
postingan
sebelumnya.
Bahkan,
seorang
saksi
sejarah
mengatakan
bahwa
sebelum
tahun
1962,
telah
datang
beberapa
mesin
yang
sempat
disimpan
di
SR
Sorogenen
– yang
sekarang
menjadi
SD
Kanisius
Sorogenen.
Berdasarkan
informasi
yang
sangat
sekelumit
ini,
saya
mencoba
mencari
mesin-mesin
yang
masih
ada
namun
sudah
“oud
skool”.
Alhasil,
saya
menemukan
beberapa
mesin
tua
yang
masih
ada
di
bengkel.
Beberapa
di
antaranya
adalah
ini:
Ciri khas dari mesin-mesin tua ini adalah bentuk sudutnya yang serba bulat. Seakan-akan ingin meminimalisir kemaskulinitasnya dengan bentuk yang seksi. Tampaknya mesin-mesin ini ingin mengatakan bahwa menjadi manusia teknik tidak perlulah mengurangi sisi manusiawi. Manusia teknik yang serba praktis dan rasional perlu diimbangi dengan rasa manusiawi yang matang. Ciri yang serba bulat ini sekarang tidak dimiliki oleh mesin-mesin modern yang serba persegi yang menantang orang dalam hal ketangguhan dan kegigihan.
Mesin-mesin
cantik
ini
masih
berjajar
di
antara
mesin-mesin
modern.
Di
antara
mesin-mesin
cantik
itu,
yang
paling
terkenal
adalah
yang
dijuluki
dengan
SIMONET
karena
memang
begitulah
tulisan
yang
tertera
pada
mesin
itu.
Selama puluhan tahun, mesin-mesin itu telah digunakan oleh para siswa
untuk menggembleng dirinya sendiri agar menjadi manusia teknik yang
tangguh. Kecantikan mesin-mesin itu terlihat dari manusia-manusia
tangguh yang dihasilkannya. Sedikit bernostalgia... Adakah yang bisa
bercerita tentang mesin-mesin cantik itu?
1 komentar:
Keinget jaman dulu...
Posting Komentar