Habis Ujian Nasional Terbitlah Kelulusan. Kiranya itu peristiwa yang menjadi pemungkas seluruh perjuangan seluruh komunitas SMK Mikael. Menurut informasi yang didapatkan seputar kelulusan tahun ini, tidak semua sekolah bisa mengantarkan para muridnya menuju kepada keberhasilan. Tulisan ini akan mengajak kita merenungkan tentang keberhasilan.
Dalam setiap berita kelulusan yang menggembirakan, setiap orang sangat mungkin untuk terjebak dalam kegembiraan yang berlebihan. Ini yang kata orang disebut dengan euforia. Euforia berasal dari bahasa Yunani eu (baik) dan phero (mengungkapkan). Dilihat dari akar katanya, euforia ini sebenarnya berarti mengungkapkan sesuatu dengan cara yang baik-baik. Namun, sekarang euforia menjadi kata yang bernuansa negatif karena mengandung unsur pengungkapan kegembiraan yang berlebihan. Nah... apa yang salah dengan euforia. Kesalahan terjadi pada penafsiran dan penerjemahan secara lahiriah kata euforia itu.
Di kalangan para terpelajar, euforia sangat gampang terjadi terutama pada saat kelulusan. Ada yang merayakan kelulusan dengan corat-coret. Ada yang mengungkapkan kelulusan dengan cara berteriak-teriak sekeras-kerasnya. Ada yang merayakan kelulusan dengan konvoi. Ada yang mengungkapkan berbagai kekesalan yang selama ini dirasakannya. Ada yang berbuat ini dan itu untuk mengungkapkan keberhasilan. Macam-macam euforia yang terjadi.
Di manapun, "terlalu" itu tidak baik. Sebagai yang masih hidup di sekitar masyarakat Jawa, kita perlu berpaling pada ungkapan yang dihayati oleh masyarakat. "Sakmadya... secukupnya..." Ungkapan itu menyatakan sikap hidup yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Sesuatu yang cukup tidak pernah berlebih. Begitu pula dengan kelulusan. Kelulusan itu seharusnya cukup dirayakan dengan sakmadya. Dalam merayakan kelulusan (yang berarti keberhasilan), mungkin kita bisa belajar dari seorang negarawan dari Inggris bernama Sir Winston Churchill. Dalam suatu kesempatan, ia pernah berkata...
"Keberhasilan itu bukanlah sebuah akhir, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal. Yang menjadikan semua hal itu bernilai adalah keberanian untuk melanjutkan."'
Keberhasilan itu bukanlah akhir. Keberhasilan itu akan dilanjutkan dengan tantangan setelah keberhasilan. Tantangan inilah yang harus dihadapi. Bukannya lari tetapi menghadapi. Begitu juga kegagalan. Kegagalan menjadi fatal hanya sesaat. Orang yang gagal tidak lalu mati. Orang yang gagal itu hanya sebentar. Setelah gagal, seseorang pun juga harus menghadapi tantangan selanjutnya agar berhasil. Berhasil atau gagal itu sebenarnya sama saja. Sama-sama harus menghadapi tantangan selanjutnya.
Hidup tidak akan semakin mudah. Hidup juga tidak akan begitu sulit. Maka, perlu selalu memohon, "Tuhan, berilah aku kekuatan yang cukup agar aku mampu menanggung seluruh tanggung jawab yang harus aku laksanakan dalam kehidupanku." Dalam doa Bapa Kami yang berakar dari tradisi Kristiani, diajarkan pula untuk meminta secukupnya, tidak lebih dan tidak kurang. Bukankah hal ini mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu dalam kehidupan? Bagi para murid yang sudah lulus maupun yang belum, pikirkanlah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Hadapilah itu dengan kegembiraan dan kekuatan yang tidak berlebihan.
Sebuah Catatan tentang Peristiwa Kelulusan
Diposting oleh Penjaga Pojok di Sabtu, Juni 01, 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
satu yang kuingat dengan kelulusan di SMK adalah penerimaan di tempat kerja. Mungkin ini yang masih jadi daya tarik.
tetap semangat menemani generasi terbaik bangsa di SMK Mikael !
Posting Komentar