wajah-wajah yang terpampang di foto ini adalah "men of the school". gambar ini dijepret dalam kurun waktu seminggu setelah ulangan umum. kok ada yang bawa kertas... ada yang menghadap guru... ada yang berwajah lesu... sedang ngapain ya kira-kira? ternyata sedang melakukan ritual tahunan. ritual tahunan ini disebut remidi. ada saja yang dari semester ke semester selalu melakukan ritual itu. kalau begitu, jadi hobi dong...
remidi adalah sebuah aktivitas yang lazim terjadi di sekolah kita setelah ulangan umum. tampaknya remidi sudah menjadi ritual agung di sekolah kita. dari semester ke semester, dari tahun ke tahun, selalu saja ada yang ikut remidi. mungkin suatu saat perlu dikumpulkan data dan dibandingkan berapa yang ikut remidi tahun ini dan tahun depan. tampaknya memang perlu ya supaya ada perbaikan dari tahun ke tahun...
remidi selalu merepotkan, baik untuk guru maupun siswa. guru harus menyediakan waktu di antara koreksi dan pengolahan nilai rapor. sedangkan siswa harus meluangkan waktu untuk mengikuti remidi. waktu yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain harus direlakan untuk remidi. alangkah sayangnya waktu yang sangat berharga dan sangat sedikit. bayangkan... kalau sehari saja dipakai untuk remidi, bukanlah seluruh hari itu yang dapat dipakai untuk kegiatan lain hanya dipakai untuk remidi.
tapi... kok ya selalu ada yang bercita-cita untuk remidi ya? bukankah ini aneh? ketika selesai mengikuti ulangan umum, kadangkala ada komentar "ora isa ora papa, mengko rak ana remidi - tidak bisa tidak apa-apa, nanti kan ada remidi." hayo pada ngaku... siapa yang punya komentar seperti ini. nampaknya komentar semacam itu tumbuh dari sikap mengandalkan (bhs Jawa: njagakke) remidi. tapi, kalau mau dipikir lebih jauh, kenapa harus repot-repot remidi. toh kalau remidi pun, yang diterima hanya nilai minimal. ya kan...
remidi sebenarnya tidak perlu dilakukan ketika ulangan umum maupun ulangan yang lain dipersiapkan dengan baik. barangkali perlu dipikir ulang mengenai kesiapan kita menghadapi pembelajaran setiap hari. kalau saya sih... mengapa harus remidi kalau bisa tidak remidi. selain repot, saya merasa rugi kalau saya harus meluangkan waktu "hanya" untuk remidi - yang artinya mengulang ulangan yang seharusnya bisa tidak diulang... bingung kan?
kita harus belajar dari pengalaman yang tidak pernah dipelajari oleh orang lain (George Bernard Shaw)
selamat merenung...
Remidi: Cita-cita atau Nasib?
Diposting oleh Penjaga Pojok di Selasa, Desember 20, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar